Sejak tahun 1850, suhu udara global meningkat rata-rata 1oC. Pada tahun 2100 mendatang, suhu diproyeksikan akan meningkat 2,64,8°C apabila tidak dilakukan upaya mitigasi yang agresif (IPCC 2014). Peningkatan suhu mempunyai konsekuensi yang kompleks pada pengembangan kopi karena 8090% dari 25 juta petani kopi di dunia merupakan petani kecil, yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Pada saat suhu global meningkat, pasar kopi dunia akan mengalami ketidak- pastian sehingga menjadi masalah bagi produsen dan konsumen kopi (International Coffee Organization 2014). Dampak lain dari perubahan iklim adalah meningkat- nya kejadian iklim ekstrim. Indonesia, yang oleh para pakar iklim disebut sebagai benua maritim, dipengaruhi oleh berbagai sirkulasi iklim seperti El Niño Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), Madden Julian Oscillation (MJO), dan beberapa osilasi lainnya. Pada saat terjadi anomali iklim akibat dua atau lebih sirkulasi tersebut secara bersamaan berdampak terhadap kejadian iklim ekstrim seperti kekeringan, banjir, dan angin kencang. IPCC (2013) dalam Assessment Report 5 memproyeksikan kawasan yang dipengaruhi oleh monsun seperti Indonesia, awal musim akan lebih cepat dan akhir musim lebih lambat sehingga musim berlangsung lebih panjang. Selanjutnya dinyatakan bahwa pengaruh ENSO terhadap curah hujan akan semakin menguat.
Perubahan iklim dapat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap tanaman kopi. Perubahan iklim secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kopi, dan secara tidak langsung mendorong berkembangnya hama dan penyakit tanaman kopi.
Proyeksi Pergeseran Sentra Produksi IPCC (2014) telah melaporkan dampak peningkatan suhu udara global terhadap produksi kopi di beberapa negara seperti Amerika dan Afrika. Beberapa dekade mendatang diproyeksikan akan terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan kondisi iklim tidak optimal bagi pertumbuhan kopi di sentra produksi. Daerah yang sesuai bagi tanaman kopi akan bergerak ke wilayah dengan elevasi lebih tinggi (Sachs et al. 2015). Dalam kondisi demikian, negara penghasil kopi saat ini akan kehilangan sentra produksi seperti Nikaragua, Meksiko, dan Tanzania. Selanjutnya dinyatakan dampaknya akan lebih besar pada dataran rendah. Daerah pada ketinggian kurang dari 500 mdpl akan mengalami penurunan potensi produksi yang tinggi. Sebaliknya, daerah pada ketinggian lebih dari 700 mdpl berpotensi menjadi sentra produksi baru, antara lain dataran tinggi di Afrika Tmur, Indonesia, Papua Nugini, dan Andes.
Nah illustrasi di atas dapat menggambarkan bagaimana perubahan iklim juga berdampak pada produksi berbagai negara tetapi juga memberi keuntungan kepada negara lain yang kebetulan juga terkena dampak, seperti vietnam.
Sumber: diolah dari berbagai sumber
M. Syakir dan E. Surmaini, Climate Change in the Contex of Production System and Coffee Development in Indonesia
Comentarios